DREAMS PT. 2
January 19, 2022Lanjutan postingan sebelumnya.
Ketika aku jadi mahasiswi baru di tahun 2018, kehidupan sehari-hariku nggak jauh dari kehidupan mahasiswi biasa pada umumnya. Pergi ke kampus, belajar, main sama temen-temen, ngerjain tugas, nge-chill, gitu terus sampai semester satu tiba-tiba udah kelar aja. Ini nggak patut ditiru ya guys karena pas jadi mahasiswi semester satu aja aku sebenarnya nggak tau mau ngapain hahahahaha sedih :(
Menginjak ke semester dua, nah dititik ini nih udah ada gregetnya sama hidup. Udah mulai jengah sama kehidupan sehari-hari sebagai mahasiswi yang nggak ada progressnya sama sekali. Ngelihat ke kanan kiri, temen-temen udah pada ambisius mau ikut program J1. Banyak yang udah tancap gas untuk daftar ke beberapa hotel yang buka lowongan di Amerika. Sebenernya, pilih kampus di STPBI pun alasannya karena mereka punya program untuk internship ke USA lewat J1. Jadi, visa J1 Amerika adalah visa yang biasa digunakan untuk program pertukaran pelajar dimana kamu harus balik ke negara asal ketika program yang kamu jalani sudah selesai kontraknya. Lebih lengkapnya bisa cek disini atau di google ya guys karena lebih jelas dan banyak yang nulis artikelnya juga.
Tapi, seperti yang aku tulis di postingan sebelumnya, mimpiku itu ya nyala-redup-nyala-redup karena coy mimpi rasanya ke Amerika aja nggak berani. Kenapa? Karena aku nggak lahir dari keluarga yang super kaya. Pas waktu kecil mau beli oreo di indomaret aja nggak mampu apalagi sekarang mau ke Amerika? Yang bener aja. Tapi memang aku nggak segampang itu nyerah. Maksudnya bukan aku maksain ke orang tua kalo aku harus diberangkatin kesana. Sehingga tiap kali ada temen di kelas yang udah super ready mau apply internship ke Amerika, aku selalu ngebatin, “I wish that was meeee.”
*brb nangis dulu*
Di semester dua pula, aku lagi seneng-senengnya tuh belajar bahasa Jepang. Sempet mikir, apa aku ke Jepang aja ya? Selain karena dekat dengan Indonesia, biaya internship ke Jepang juga nggak semahal ke Amerika. Aku pikir, kenapa nggak dicoba aja ya kan? Tapi ternyata aku nggak berejeki baik untuk pergi ke Jepang karena lowongannya tidak ada guys untuk D3. Disitulah aku mulai menangis lagi di kamar mandi untuk kesekian kalinya. Hahahahhaha nggak kok guys aku tetep semangat pergi ke kampus meski satu pintu tertutup toh semesta punya banyak cara untuk membuka pintu kesempatan yang lain.
Tapi jujur aja yah, kadang semakin besar mimpinya aku semakin takut ngebayanginnya. Kadang juga selalu mikir, apa bisa ya meraihnya? Tapi dengan mimpi pula aku merasa hidup, tau alasannya kenapa harus belajar mati-matian, tau alasannya kenapa nggak boleh nyerah sama semua tantangan, dan terlebih bisa mengerti alasan bangun pagi. Yaudah, karena nggak ada lowongan ke Jepang, aku pikir memang bukan rejekiku. Sampai beralih ke semester tiga, aku yakin aku bakal pergi ke Amerika, meski gatau bakal apply di hotel mana.
Tiba-tiba pas pulang kuliah, siang itu ada lowongan untuk apply ke hotel The Greenbrier. Dari tampilannya, gilaaa cakep bener. Hotelnya serasa kayak di White House. Akhirnya aku iseng bikin cv, daftar, dan setelah itu menjalani interview. Yang bikin deg-degan sebenernya bagian interviewnya sih. Soalnya orang-orang yang kerja di The Greenbrier datang langsung ke kampus dari Amerika. Gilaaaa, rasanya jantungku udah mau copot guys tapi harus stay cool dan fokus biar bisa kasih yang terbaik. Tes wawancaranya dibagi dua sesi, yang pertama tes lisan dan tes masak. Kalo lisan, di nilai secara individu. Kalo tes masak, kita berkelompok. Kelar interview, nunggu pengumumannya sekitar dua-tiga hari.
Hasilnya?
.
.
.
Aku diterima.
*speechless*
Iya gengs, diterima. Nggak tau harus seneng atau sedih karena senengnya akhirnya wow I made it I made it I made it. Tapi sedihnya adalah kalo aku ke Amerika berarti aku bakal tinggal setahun disana, selain itu coy biaya darimana? Bisa makan aja udah bersyukur banget. Tapi semua kekhawatiranku kuserahkan sama Sang Pemilik Hidup karena aku sebagai manusia nggak punya kendali apa-apa selain berdoa dan berusaha. Eh akhirnya, semua dipermudah, dilancarin, sampai akhirnya aku lolos tes visa dan berangkat ke Amerika bulan Maret 2020. Wooohooooo!
Namun, nggak sampai situ aja guys karena perjalananku masih puanjang sampai aku rasanya pengen nangis tiap hari. Lah kan udah diterima. Udah mau berangkat juga. Bulan Maret 2020, covid datang ke Indonesia sehingga keberangkatanku harus di-cancel sampai menunggu informasi selanjutnya. Pas denger informasi itu, badanku udah lemes banget. Masa iya nggak jadi berangkat? Pikiran-pikiran jelek udah mulai melanda. Nggak selera ngapa-ngapain. Mana pas itu aku udah daftar cuti kuliah biar kuliah dan masa-masa internship nggak berantakan. Sehingga aku terus menunggu, menunggu, dan menunggu sampai di bulan Juli 2020, aku berangkat.
Akhirnya ya.
Untuk semua teman-teman yang penasaran dengan proses J1 visa itu seperti apa, aku menjalani semua itu dengan fasilitas kampus. Di kampusku sendiri ada kantor “Bali Duta Mandiri” untuk melayani semua kebutuhan kamu yang mau berangkat ke Amerika. Cek Instagramnya di @balidutamandiri untuk info lebih lanjut ya guys. ;)
0 comments