PERKS OF BEING DIFFERENT

October 01, 2021

Inspirasi tulisan ini berawal dari kisahku sendiri. Kisah yang membuatku berpikir bahwa menjadi berbeda itu tidak selalu buruk. Menjadi berbeda adalah sesuatu yang seharusnya kita apresiasi. Kisahnya dimulai sejak…

…aku memilih masuk SMK ketimbang SMA. Disaat murid-murid SMP pada saat itu serius dan ambisius banget ngerjain ujian-ujian masuk ke SMA (contohnya Tes Potensi Akademik),  aku lebih banyak menghabiskan waktuku untuk searching sekolah kejuruan di Surabaya. Tapi, ada proses panjang sampai akhirnya aku memilih sekolah kejuruan. Nggak tiba-tiba langsung memilih kesana.

Sekitar tahun 2014-2015, aku pernah kena kista. Kejadian itu sekitar aku masih duduk di bangku kelas 9. Pemicunya karena stres dan makan sembarangan. Aku ngerasa stres banget karena persaingan dengan siswa-siswi yang lain tuh ketat pol. Belajar serasa nggak bisa nafas. Padahal, menurutku pribadi, belajar itu seharusnya menyenangkan. Kelas 9 SMP adalah sebuah titik terberat karena tiap hari itu yang dilakukan cuma ngerjain latihan soal, bimbel, tugas sekolah yang buanyak, dan ditambah lagi tes untuk TPA. Aku akhirnya nggak jujur sama diri sendiri kalau kelelahan. Aku juga nggak menemukan alasan kenapa aku harus belajar matematika, biologi, dan teman-temannya. Apa, sih, yang aku mau? Apa, sih, yang aku suka?

Mungkin, kalau pada saat itu aku nggak kena kista, aku nggak akan sadar untuk menyayangi dan lebih bersyukur sama kesehatan. Dulu, supaya bisa maksimal dalam belajar, aku bisa makan apa aja (tapi ini bukan rakus ya) yang penting perut kenyang dan bisa belajar. Mau sehat atau nggak, mau enak atau nggak, yang penting ada asupannya. Tapi setelah itu aku sadar, aku nggak mau pilih SMA dan belajar tiap hari menatap buku, latihan soal, dan papan tulis tanpa mengenal diriku sendiri.

Selain itu, aku juga nggak tau mau lanjut ke SMA mana. I had no clue for choosing the right high school. Aku yang udah benar-benar hopeless akhirnya cuma bisa duduk merenung menatap latihan soal untuk ujian nasional. Disitu aku udah mulai bertanya ke diri sendiri.

“Apa hal yang buat kamu senang?”
“Lima tahun dari sekarang kamu mau jadi apa?”

Yaudah akhirnya aku ngambil secarik kertas dan mulai menulis semua jawaban atas pertanyaanku sendiri. Satu hal yang sering aku abaikan adalah aku tuh suka banget makan. Buatku, makan adalah sesuatu yang bikin senang. Banyak orang yang sering ngatain dengan kalimat, “Pantes aja gendut, pasti kamu sering ngabisin jatah makan ya di rumahmu?” Mendengar kalimat itu, wajarlah aku sedih banget. Tapi aku berusaha senyum dan menganggap itu adalah sebuah candaan.

Langkah selanjutnya, aku nulis bahwa aku juga suka masak. Kalau bisa makan, harus juga bisa masak, pikirku. Selama ini aku suka lihat mamaku masak di dapur. Oke, udah nemu satu jawaban. Kalau nggak masak, aku mau ngapain? Tentu kesenangan keduaku adalah jalan-jalan. Selama ini, belum pernah menemukan waktu yang pas, partner yang pas, dan uangnya juga nggak ada. Nggak papa deh, yang penting tulis aja dulu. Setelah itu apa? Aku juga suka nulis, utak-atik blog kayak begini, dan berbagi cerita.

Akhirnya, aku memilih untuk bersekolah di SMKN 6 Surabaya dan memilih jurusan tata boga. I had no experience to enter this school, yet I still felt insecure. Dengan memilih SMK, aku mulai dikucilkan dan dianggap sebelah mata sama teman-temanku. Aku sih nggak peduli. Aku yakin apa yang tak pilih sudah tepat. Daripada aku memilih SMA dan malah nyusahin diri sendiri. Aku bisa lebih dekat untuk belajar hal yang selama ini aku ingin tekuni. Ternyata apa?

SMK nggak seburuk dan sesulit yang dibayangkan.

Waktu itu, aku pernah menemukan sebuah quote yang ada di Pinterest. Kalian bisa klik gambarnya dan bisa langsung terhubung dengan websitenya, ya.


Kalimat ini ngingetin aku sama keputusan yang pernah kuambil. Menjadi berbeda itu adalah suatu hal yang unik. Pikiranku hanya sesederhana aku ingin fokus sama apa yang selama ini aku sukai. Toh di SMK, aku juga banyak ketemu sama orang-orang baru. Nggak melulu sama orang yang sama. Belajarnya juga nggak membosankan karena pelajarannya dibagi dua, yaitu teori dan praktik. Jadi aku sadar, ternyata tipe belajar yang seperti ini yang aku suka. Waktu SMK dulu, belajar nggak harus dari buku, teman-teman. Aku lebih sering belajar lewat internet dan youtube untuk cari referensi baru. Apa yang lagi trending saat ini? Makanan apa yang banyak disukai orang sekarang? Keahlian apa yang paling banyak diminati lima tahun dari sekarang? And any other questions related to that you can only find it in vocational high school.

Mungkin kalian tanya, pernah nggak sih aku menyesal memilih SMK? Jawabannya enggak, karena ini adalah pilihanku sendiri. Apakah aku minder atau insecure saat teman-teman SMAku membahas pensi sekolah mereka yang ngundang Tulus, Raisa, Hivi, dll? Nope. Satu hal yang tak yakini adalah pilihan sekolah terbaik adalah pilihan dari diri kita sendiri. Yang tau apa yang terbaik buat kalian itu cuma kamu sendiri, bukan orang lain. Nggak perlu takut untuk menjadi berbeda. Just try it first. Mau SMK atau SMA, mau kalian sekolahnya gimana juga sukses itu bisa darimana aja. Bukan tergantung sekolahnya juga.

Buat kalian semua anak-anak SMK diluar sana, I’ll say it louder: Never be afraid for being different. Be unique, be different, be you. <3

Sama satu lagi, buat teman-teman SMK yang lain, boleh lho berbagi pengalaman kalian disini. I’d love to hear it!


You Might Also Like

0 comments

Subscribe