INSECURITIES AND HOW I DEAL WITH IT
October 17, 2021Kalau kita ngomongin soal “insecure” pastinya semua orang udah terbiasa mendengarnya. Apa itu insecure? Secara singkatnya insecure adalah lacking confidence and doubting their own abilities. Kalian bisa klik tulisannya dan bisa baca pengertiannya karena lengkap dan mudah dipahami. Sekarang, yang mau aku bahas adalah gimana insecure bikin aku nggak bisa grow up dan tetap berada di zona nyaman aja. Aku rasa, setiap orang pasti punya perasaan insecure - dimana perasaan itu sering kali terjadi atas ekspetasi kita terhadap diri sendiri yang jatuhnya kita (secara nggak langsung) menuntut diri sendiri menjadi versi terbaik agar diterima oleh orang lain.
Saat masih remaja dulu (kira-kira masih SMP), aku udah merasa “not good enough” untuk diterima oleh teman-temanku. Dulu aku gendut, kulitnya hitam, nggak kece, cupu, dan nggak good looking. Pokoknya nggak enak dilihat lah. Aku merasa nggak pede untuk berinteraksi sama orang. Sering diremehin, di pandang sebelah mata, dan hampir nggak punya teman selama sekolah. Sampai akhirnya aku masuk SMK, insecureku makin menjadi.
Kalian bisa lihat postingan sebelumnya gimana aku dulu saat SMK. Dulu, lihat cewek badannya kurus dan langsing, langsung insecure. Lihat orang yang berprestasi dan dapat nilai bagus di kelas, langsung insecure. Merasa kurang ini, kurang itu, dan menganggap diri ini nggak bisa apa-apa. Trus dulu mikirnya ini bukan perasaan insecure, mungkin emang udah takdirnya kayak begini. Tapi lama kelamaan makin nggak nyaman sama diri sendiri. Makin nggak bisa jadi diri sendiri, kemana-mana selalu pasang “poker face”, harus cantik kayak si a, harus pintar dan cerdas kayak si b, harus kurus dan langsing kayak si c, dan akhirnya berakhir jadi orang lain. Aku nggak kenal diriku sendiri.
Sampai suatu ketika aku naksir sama teman seangkatan waktu SMK, ya cuma naksir-naksiran aja nggak lebih. Mungkin saking jeleknya aku dulu, orang sampai bilang, “Kamu naksir sama anak itu? Yaelah, ngaca kali, Din. Kamu lho udah jelek mau pakai make up gimana pun jatuhnya tetep jelek. Sadar diri lah.” Omongan itu terus aku ingat sampai aku membenarkan ucapannya pada saat itu. Namanya juga remaja labil, sedihnya pasti berlarut-larut. Sampai akhirnya aku udah lelah sedih dan fokus saya saat itu hanyalah untuk lanjut kuliah, aku bertekad untuk berubah jadi lebih baik. Bukan untuk mereka, tapi untuk aku sendiri.
Aku menulis apa saja hal yang mengganggu pikiranku dan hal-hal lainnya yang bikin aku insecure. Ternyata…
Aku insecure karena tubuhku gemuk dan wajahku jerawatan.
Aku insecure karena nggak sepintar orang lain yang berlomba-lomba masuk ke PTN terbaik.
Aku insecure karena nggak good looking sehingga aku berpikir kalo aku nggak pantas dapat pacar yang baik.
Aku insecure karena aku merasa nggak punya bakat kayak orang lain.
Padahal saat itu aku sudah kelas 12 dan selalu lulus setiap ujian praktik masak di sekolah dan mendapatkan nilai yang baik. Akhirnya, aku menjalani proses yang cukup lama untuk berdamai dengan diri sendiri. Menerima segala kekurangan dan kelebihan tanpa mengubah diriku untuk diri orang lain. Apa yang aku lakukan saat itu? Fokus ke diri sendiri. Saat itu juga aku nggak cuma fokus belajar untuk masuk ke dunia perkuliahan tapi juga belajar untuk menjalani pola hidup sehat yang lebih baik.
Aku mengubah mindset secara perlahan dan mencoba melakukan afirmasi setiap kali bercermin. Nggak hanya itu, aku pun mencoba untuk belajar menggunakan skin care dan mengenal jenis kulitku. Selain skin care, aku juga belajar mencatok rambut agar rambut lebih rapi dan menggunakan beberapa produk hair care yang cocok. Yang aku tekankan ke diri sendiri adalah produk yang cocok dan bagus itu nggak selalu mahal atau murahan. Mungkin aku akan tulis produk apa saja yang aku pakai untuk kebutuhan tubuhku di postingan berikutnya, ya.
Ketika aku melihat perubahan yang terjadi di tubuhku, aku pun merasa jauh lebih baik. Lebih baik dalam artian, tubuhku jauh lebih sehat dan perasaan pun ikutan senang. Aku berhenti membandingkan diri sendiri sama orang lain karena semakin fokus membenahi diri sendiri. Aku nggak peduli sama omongan orang karena aku belajar lebih jauh untuk mengenal diri sendiri. Aku nggak bersaing sama pencapaian orang lain karena aku bersaing sama diriku di hari kemarin supaya di hari esok jauh lebih baik.
Mungkin kalian berpikir apa yang kutulis ini hanyalah tulisan yang penuh omong kosong. Aku butuh waktu yang lama untuk berdamai sama diri sendiri. Bahkan hingga sekarang saat aku menulis tulisan ini. Aku juga masih mengalami insecure sekarang, tapi bisa dibilang nggak separah dulu. Aku menerima diriku seutuhnya dan nggak takut lagi sama omongan orang yang berkomentar tentang hidupku - meskipun aku sadar orang-orang itu akan selalu ada.
Bagiku, kuliah adalah masa-masa terbaik. Mengenal karakter orang yang berbeda-beda membuatku belajar bahwa manusia seunik dan seberagam itu. Sampai akhirnya saya melamun dan berpikir, “kok dulu aku pengen banget ya jadi orang lain?” Di kampus, aku bebas berekspresi dan berpendapat. Orang mengenalku sebagai Dinda. Aku nggak perlu pasang muka berlapis-lapis hanya untuk diterima di suatu kalangan dan nggak kehilangan jati diriku. Orang bebas untuk memilih berteman sama aku ataupun tidak, itu hak mereka.
Tapi, gimana sih caranya agar kita tidak merasa insecure? I can’t say that we are not able to feel insecure because we will feel it anytime. Semua orang punya caranya masing-masing dimana pasti caranya berbeda dengan aku. Namun, cara yang paling ampuh bagiku adalah menjalani self-love dan self-care. Ada banyak inspirasinya, kalian boleh cari di Pinterest. Sederhananya, kalian melakukan hal-hal yang kalian suka dan bikin happy. Selain itu, rahasianya adalah AFFIRMATIONS. Contohnya kayak apa? Sesederhana kalian bilang dengan yakin seperti, “I’m beautiful and I’m good enough. I deserve to be loved and reach my dreams.” Coba terapkan afirmasi setelah kalian bangun tidur di pagi hari dan sebelum memulai hari. It feels like magic, trust me. Karena selama kuliah, aku sering mengucapkan positive affirmations ke diri sendiri dan akhirnya aku pede melakukan berbagai kegiatan di kampus. Bahkan hingga detik ini, aku masih melakukan afirmasi kok. ;)
Setelah itu, aku nggak pernah lupa untuk berterima kasih ke diri sendiri karena sudah berjuang hingga detik ini, hingga sekarang, sampai aku bisa menulis tulisan ini di blog. I know it’s not easy but I believe you can do it. Bukan orang lain yang menentukan arah hidupmu, tapi kamu sendiri. So, you have to make your own boundaries, build your self-esteem, and understand that your insecurities won’t make you go anywhere. You are not going to be growing up if you stay with your insecurities tanpa mau mengubahnya jadi lebih baik. Aku tau tolak ukur orang lain mengenai bahagia itu beda-beda dan meskipun kita udah melakukan yang namanya self acceptance, percaya sama diri sendiri, bangga sama kemampuan diri sendiri, pasti akan ada orang-orang yang terus memberikan komentar about how we supposed to live. Makanya aku bilang, we do have to make our boundaries dan memberi kontrol ke diri sendiri untuk memberi respon. Kita selalu punya pilihan kok untuk tidak merespon, contohnya kita bisa mute, unfollow, atau block (nggak hanya di sosial media ya, di kehidupan nyata pun kita berhak kok melakukan ini). I struggle with it everytime but mindset matters. Sekali lagi, aku menulis semua ini berdasarkan pengalaman pribadi ya. Aku bukan orang yang paling ahli untuk masalah beginian tapi aku senang berbagi apa yang kurasakan. Kalau kalian punya saran dan kritik, boleh banget kalian sharing di kolom komentar and I’d love to read it.
Once again, be the best version of yourself. You know what’s best for you. I’m writing this to remind myself too that I’m enough. I know, sometimes, berdamai dengan diri sendiri itu butuh usaha, proses, dan waktu yang nggak sebentar. But I choose myself over everything. I’ll always do.
Kalian punya cerita tentang insecurities? Ceritain yuk disini. :)
Lots of love,
ND <3
0 comments